Bahaya
Bermain Video Game
Dan Menonton TV
Pada Anak
Ayah bunda yang dimuliakan Allaah…..
Anak adalah buah hati kita yang sangat berharga, terlahir dari pembuktian rasa cinta dan sayang antara keduanya. Serta bukti kebesaran Allaah, berupa rahmah yang tiada terkira nilainya. Ketika Allaah menitipkan buah hati kepada kita, maka saat itulah kontrak amanah untuk menjaga, membimbing dan mengasuhnya telah kita tanda tangani dengan suka cita. Sebuah kontrak kerja yang pastinya akan dimintai pertanggung jawaban, karena sang Maha Pemilik Anak, pasti akan memintanya kembali dalam keadaan suci seperti saat Ia memberikan.
Namun sayang, betapa banyak para orangtua yang lalai dengan tugasnya. Banyak orangtua yang gagal mengemban amanah yang telah dipercayakan padanya. Sehingga merugi bukan hanya di dunia namun di akhirat jua pastinya.
Sejatinya, dunia anak adalah dunia bermain. Dengan fitrah main yang telah Allaah berikan kepada mereka, maka akan menjadikan mereka anak-anak yang cerdas dan berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kesenangan dan kebahagiaan mereka diantaranya adalah dapat menghabiskan waktu bermain bersama teman-teman, berinteraksi, belajar menyelesaikan sebuah masalah, merajut empati hingga memahami karakter oranglain dengan baik.
Namun saat ini, fenomena akhir zaman semakin terlihat jelas. Banyaknya bahaya lingkungan yang akan merusak kepribadian seorang anak semakin mewabah. Atas nama cinta, para orangtua bukan hanya membatasi aktifitas anak untuk bermain di luar ruangan saja namun fenomena kondisi rumah di area perumahan yang berpintu gerbang tinggi dan selalu tertutup rapat, membuat seorang anak tidak bisa bermain diluar semakin mempersulit mereka untuk berinteraksi dengan sesama. Bahkan, akses dari hasil pemikiran canggih manusia terhadap media elektronik yang diberikan orangtua sebelum waktunyapun mampu memberikan penyakit kepribadian yang kronis kepada seorang anak nantinya.
Banyak orangtua memiliki pandangan yang keliru tentang video game atau tayangan TV. Banyak orangtua yang mengira anaknya jenius karena pintar bermain game dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Namun, apakah kita tahu bahwa jika anak-anak yang terlalu sering dalam bermain game atau menonton TV bisa membahayakan fisik serta psikologisnya?
Sebuah penelitian yang dulu pernah dilakukan oleh Kaiser Family Foundation pada 2.032 orang anak yang berusia antara 3 hingga 12 tahun tentang, berapa sering anak-anak usia tersebut bermain video game ataupun game di komputer ?
Ternyata sekitar 73% anak laki-laki yang berusia 8 sampai 10 tahun rata-rata bermain game selama satu jam per hari dan hampir 68% anak dengan usia 12 tahun hingga 14 tahun bermain game yang sebenarnya diperuntukan bagi usia 17 tahun ke atas.
Sebagaimana pernah dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-anak senang bermain game adalah karena ingin mencoba hal yang baru dan juga untuk dapat menghilangkan stres dikarenakan tugas sekolah ataupun karena adanya suatu masalah dan tuntutan social yang terlalu tinggi terhadapnya.
Tetapi ternyata, terlalu sering bemain game dapat mempengaruhi kepribadian anak itu sendiri. Hal itu karena di usia 4 hingga 17 tahun anak-anak cenderung akan menyerap dan juga meniru segala sesuatu yang dilihatnya, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan tubuhnya.
Padahal pada usia tersebut, rentang perkembangan kognitif dan cara berfikir seorang anak belum matang. Sehingga ia akan sulit membedakan antara realita dan fiksi. Sehingga tanpa sadar, ia pasti akan melakukan apa yang selalu dilihat dan diyakininya.
Game yang sering dimainkan oleh anak-anak biasanya banyak mengandung unsur kekerasan didalamnya. Dampak negatif dan bahaya video game bagi anak antara lain dapat membentuk karakter anak menjadi seorang pemberontak, rasa ingin tahu yang besar akan segala sesuatu yang sebenarnya dilarang, serta mempunyai tingkah laku yang kadang sangat sulit diterima oleh masyarakat. Ditinjau dari segi kesehatan maka akan mengalami gangguan pada penglihatan anak serta gangguan pada radang sendi, dikarenakan posisi duduk anak yang tidak beraturan cenderung membungkuk atau bengkok pada saat memainkan video game cukup lama.
Hal yang terburuk, dan bisa sangat terlihat jelas di sekolah ataupun dilingkungan tempat anak tersebut berada adalah perubahan sikap dan perilaku anak
Bisa saja anak-anak akan menirukan apapun yang telah dilihatnya tersebut di dalam kehidupan nyata, tidak heran apabila saat ini cukup banyak kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak di usia sekolah dasar hingga TK.
Kekerasan dalam game ternyata jauh lebih berbahaya, karena anak selalu terlibat di dalam interaksi tersebut. Para pahlawan atau tokoh yang melakukan kekerasan di dalam game tersebut tidak pernah mendapat hukuman dan malah cenderung dihargai, sehingga bisa saja anak akan berpandangan bahwa kekerasan merupakan sesuatu yang sah dan benar. Penelitian ilmiah yang telah dilakukan dapat membuktikan anak yang cukup sering bermain game kekerasan cenderung berprilaku lebih agresif.
Beberapa dampak negatif dan bahaya bermain game video game bagi anak tersebut tidak terbatas hanya pada game online, game komputer ataupun fasilitas game lainnya, tetapi juga berlaku bagi anak yang terlalu sering main game di gadget seperti HP atau iPad.
Oleh karena itu, kami sangat menghimbau kepada para pemegang amanah. Ayah bunda yang sangat dicintai Allaah. Marilah sama – sama kita memahami bahwa kerusakan
yang terjadi pada anak ketika menonton TV dan game terlalu lama adalah :
1. Sinar biru yang masuk kemata anak merusak retina .
Jarak ideal menonton TV adalah 5x lebar diagonal TV
2. Program TV atau game yang diserap otak anak terdiri dari kata-kata negative, kekerasan, pornografi, dll
Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk membantu anak menghindari bahaya video game ataupun menonton TV, antara lain:
Batasi waktu bermain video games atau menonton TV, maksimal 2 jam sehari atau hanya saat akhir pekan. Sesuaikan waktu dengan usia dan perkembangan otaknya. Lebih disarankan untuk tidak memberikan fasilitas tersebut perlahan dan menggantinya dengan buku-buku bacaan yang memotivasi.
Awasi ketika anak bermain agar tidak meniru hal-hal buruk yang mungkin ada di video game.
Pastikan anda memilihkan jenis permainan yang edukatif dan sesuai dengan usia anak.
Jangan letakkan perangkat video game atau TV di kamar anak, tetapi letakkan di ruang keluarga agar anda tetap dapat selalu mengawasi.
Beri anak pemahaman bahwa dalam kehidupan nyata tidak seperti yang digambarkan dalam permainan video atau yang ada dalam tayangan cerita televisi yang dilihatnya.
Jangan cabut dunia bermain terlalu cepat dari anak kita karena nanti kita akan
mendapatkan dunia dewasa yang kekanak-kanakan pada anak kita di masa depannya.
Jangan biarkan wajah kita tertunduk malu dihadapan dunia hingga tak sanggup menghadap sang Robb nantinya hanya karena kita terlalu abai terhadap amanah buah hati yang telah dititipkan kepada kita.
Karena sungguh !! segala sesuatu pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
Semoga bermanfaat.
Penulis :Aulia Yulisa Rachmah
Design : Herlina Yusdarti